JAKARTA--Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional memperkirakan runtuhan satelit milik Rusia yang mempunyai tugas mengambil sampel tanah dan batuan serta membawa sampel bakteri, tumbuhan dan hewan tak bertulang belakang di Mars, Phobos-Grunt, akan jatuh pada Senin, 16 Januari mendatang.
"Perkiraan sementara Phobos-Grunt akan jatuh ke bumi pada Senin 16 Januari tepatnya pada pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB," kata Deputi Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan, Thomas Djamaludin kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.
Thomas mengatakan prediksi itu berlaku jika kondisi matahari dalam seperti saat ini.
"Namun jika kondisi matahari lebih aktif dari saat ini, maka prakiraan jatuh akan lebih cepat karena atmosfer akan menjadi lebih rapat. Begitu juga jika lebih tenang maka Phobos-Grunt jatuh lebih lambat," kata Thomas.
Untuk sementara daerah lintasan jatuhnya runtuhan satelit itu berada di wilayah Samudera Hindia. "Namun peluang untuk jatuh di wilayah Indonesia bisa saja terjadi. Hal ini karena efek pengereman oleh atmosfer sangat dinamis sekali," terang dia.
Dia juga mengimbau masyarakat untuk tenang dan tidak khawatir dengan jatuhnya runtuhan satelit ini.
"Jika memang jatuh di wilayah Indonesia, LAPAN mengimbau agar masyarakat tidak menyentuhnya dan segera menghubungi LAPAN," imbuh dia.
Sementara astronom, Ma'rufin Sudibyo, memprediksi Phobos-Grunt akan jatuh sekitar
pukul 14.00 WIB pada hari yang sama. "Selama periode tersebut Phobos-Grunt bakal mengelilingi Bumi hingga 42 kali, maka lokasi titik kejatuhannya masih amat sulit diprediksi," kata Ma'rufin.
Ma'rufin mengatakan setiap daerah yang terletak di antara garis lintang 51 LU hingga 51 LS tetap berisiko kejatuhan wahana antariksa ini.
"Untuk wilayah Indonesia yang perlu diwaspadai adalah Sulawesi Utara, pulau Buru, pulau Seram, pulau Irian dan pulau Biak bagi kawasan timur," ujar Ma'rufin.
Sedangkan untuk kawasan barat, seluruh pulau Sumatra, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.
Secara prinsip, kata Ma'rufin, terdapat dua bahaya yang perlu diwaspadai dari runtuhan satelit ini, yakni bahaya tumbukan dan toksisitas.
"Jika runtuhan lebih dari 200 kilogram itu jatuh dan menimpa rumah maka akan mirip seperti kasus jatuhan meteor di kawasan Duren Sawit Jakarta pada 2010 lalu," ujarnya.
Bahaya selanjutnya adalah toksisitas karena Phobos-Grunt mengandung senyawa kimia sangat beracun, Dimetil Hidrain, yang jika terkena kulit akan menyebabkan melepuh dan bisa menyerupai luka bakar.
Satelit Phobos-Grunt merupakan wahana yang mengangkasa pada 8 November 2011, dan menghabiskan dana hingga Rp 1,5 trilliun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar